BENGKALIS – Ketegangan menyelimuti warga Dusun Pak Cuk, Desa Dungun Baru, Kecamatan Rupat, setelah sebuah insiden serius terjadi pada Sabtu, 3 Maret 2025. Seorang pria yang dikenal publik sebagai Bunsui Tigol, S.Th, diduga membawa rombongan preman sebanyak 13 orang – terdiri dari 10 laki-laki dan 3 perempuan – ke desa tersebut dan melakukan aksi yang diduga berujung pada intimidasi serta pengancaman terhadap salah satu warga, berinisial A (Adiah).
Kedatangan Bunsui bersama rombongan tak dikenal itu mengagetkan warga. Bukannya datang dengan itikad baik, mereka justru disebut-sebut datang dengan nada kasar, ekspresi penuh amarah, dan sikap intimidatif. Lebih dari itu, satu dari mereka bahkan diduga melontarkan ancaman serius terhadap nyawa Adiah, seorang warga Dusun Pak Cuk.
Kami ketakutan. Ini bukan sekadar konflik pribadi, ini sudah masuk ranah kriminal. Bawa preman segala ke desa. Jelas ini intimidasi,” ujar salah satu warga yang menyaksikan langsung kejadian itu.
Sudah Dilaporkan ke Polisi
Tidak tinggal diam, Adiah langsung mengambil langkah hukum. Pada Senin, 6 Maret 2025, ia resmi melaporkan peristiwa tersebut ke Kepolisian Sektor (Polsek) Rupat, Polres Bengkalis, dengan nomor laporan STPL/28/X/2025/Reskrim.
Langkah ini menuai dukungan penuh dari warga setempat yang menilai tindakan Bunsui dan kelompoknya sebagai bentuk nyata pelanggaran hukum dan teror psikologis terhadap masyarakat.
Motif Masih Misterius, Warga Desak Proses Hukum Jalan Terus
Hingga kini, motif Bunsui membawa rombongan preman ke Desa Dungun Baru masih menjadi teka-teki. Dugaan sementara menyebutkan adanya sengketa pribadi atau konflik internal, namun warga menilai bahwa menggunakan kekuatan massa untuk menekan warga adalah tindakan pengecut yang tidak bisa ditoleransi.
Kalau ada masalah, bicarakan secara baik-baik. Tapi kalau bawa preman Dan parang ke desa, itu sudah bukan orang bermusyawarah, itu ancaman bagi ketentraman masyarakat,” tegas seorang tokoh masyarakat Dusun Pak Cuk (Adiah)
Warga Trauma, Polisi Diminta Bertindak Tegas
Adiah, korban pengancaman, disebut masih trauma akibat kejadian tersebut. Keluarga besarnya kini merasa tidak aman dan mendesak agar pihak kepolisian segera melakukan penyelidikan dan mengambil tindakan tegas terhadap semua pelaku, termasuk aktor utama yang diduga memobilisasi preman ke desa.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Polsek Rupat maupun Polres Bengkalis. Warga berharap kasus ini tidak berakhir tanpa kejelasan, apalagi jika ada unsur pembiaran terhadap aksi-aksi premanisme di wilayah desa yang selama ini dikenal aman dan damai.
Mengawal kasus ini dan membuka ruang bagi pihak-pihak terkait untuk memberikan klarifikasi secara terbuka.
Premanisme dan ancaman terhadap warga adalah bentuk pelanggaran hukum serius. Jangan ragu untuk melapor jika menjadi korban atau saksi. Hukum harus berdiri tegak untuk semua. (Asmadi)
Editor : Feri Windria
